Orang Jepang asli tapi bukan muslim. Bisnisnya malah memberian
pelayanan tur dan homestay khususnya untuk kalangan muslim dari berbagai
negara yang datang ke jepang. demikian pula sebaliknya bagi anak muda
jepang yang tertarik belajar mengenai kehidupan muslim, ikut paket-nya
mengenal muslim ke Asia, misalnya ke malaysia.
Takeo Kishida,
President Feel Japan with K, Co.Ltd., diwawancarai khusus oleh
Tribunnews.com, Senin (17/12/2012) sore ini di sebuah kafe di
Takadanobaba, Tokyo.
T: Sejak kapan perusahaan berdiri?
K:
Sejak 2009 dan sebenarnya perusahaan kami bukan khusus untuk muslim
saja. Entah mengapa jadi semua orang muslim menghubungi kami untuk
jalan-jalan ke Jepang atau untuk homestay.
T: Sebelumnya sebagai apa?
K: Sebelumnya saya bekerja di Mitsubishi Corporation, Energy Group sejak 1985. Lalu
1996-2000
sebagai Representative of Mitsubishi Corporation di Kuala Lumpur
(Malaysia). Kemudian 2007-2009 sebagai Director of Petro Diamond
Japan Co., Ltd. (100% affiliated company of Mitsubishi Corporation) dan
mulai 2009 mendirikan menjalankan perusahaan ini.
T: Apakah anda muslim?
K: Saya orang Jepang biasa bukan muslim dan untuk bisnis ini saya rasa tak masalah bukan muslim sekali pun.
T: Rupanya cukup lama di Malaysia, apakah bisa bahasa Melayu/Indonesia?
K: Benar, sekitar lima tahun, tetapi saya tak bisa bahasa Melayu/Indonesia karena setiap kali pakai bahasa Inggris saat bekerja.
T: Selama tiga tahun usahanya di Tokyo sudah berapa banyak orang yang dilayani tur atau homestay muslim?
K:
Kira-kira 15 orang dari tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Abu
Dhabi datang ke Jepang, jalan-jalan dan ada yang homestay di Hiroshima
karena kampung halaman saya sehingga mudah mencarikan keluarga yang bisa
menerima orang asing untuk homestay. Selain Hiroshima juga Kyoto,
Wakayama dan Hokkaido bisa pula saya bantu untuk homestay. Kota lain
mungkin perlu waktu untuk mencari host family.
T: Apa yang menarik dari penyelenggaraan tur muslim ini?
K:
Kebanyakan pesertanya adalah keluarga, dari berbagai negara pola pikir
memang berbeda. Tapi saya melihat lebih kepada pola pikir tiap orang
mungkin lebih tepat. Sama-sama muslim ada yang minta dibangunkan untuk
salat pukul 4.30 pagi tapi ada yang kurang peduli, nanti saja salatnya
dirangkap. Tapi saya melihat muslim Indonesia lebih fleksibel daripada
orang Malaysia yang mungkin agak fanatik. Orang dari Abu Dhabi saja
misalnya salad di Jepang suka ada selembar tipis daging babi di atasnya.
Saat diberikan dia pinggirkan lalu salad di mana. Tapi muslim Malaysia
langsung menolak semuanya. Orang Abu Dhabi muslim yang saya bawa
ternyata juga minum alkohol seperti biasa dilakukan orang Jepang, cukup
kaget juga saya.
Hal menarik lain ternyata mereka semua
senang sekali saat pergi ke tempat pemandian air panas di Jepang
(onsen). Tapi agak lucu juga karena tidak terbiasa telanjang bulat jadi
pakai celana berendamnya. Sedangkan orang Jepang biasanya telanjang
bulat saat masuk ke onsen.
T: Bagaimana dengan toko dan restoran halal di Jepang?
K:
Banyak sekali sekitar 30-an mungkin, dan 20-an berada di daerah Tokyo
dan sekitarnya. Umumnya dikelola orang Indonesia, Malaysia atau
Pakistan. Kita bawa peserta tur ke toko atau restoran halal tersebut
sehingga semua merasa nyaman di Jepang.
T: Di Malaysia ada rekanan usahanya apakah tidak buka di Indonesia?
K:
Saya ke Indonesia beberapa kali, terakhir Oktober lalu tak lama dan ada
beberapa biro perjalanan yang mendekati saya. Tapi sampai sekarang
belum ketemu rekanan usaha yang bisa tepat dan pas sesuai dengan
keinginan saya. Tidak mudah rupanya mencari rekanan kerja di Indonesia.
T: Kalau sebaliknya, dari Jepang ke luar negeri bagaimana?
K:
Kami sudah melakukan dua kali dan mungkin tahun depan kita akan lakukan
lagi. Para anak muda Jepang kita bawa ke Malaysia sekitar empat hari,
mengetahui bagaimana kehidupan orang Islam di sana, homestay di sana,
melihat orang salat dan sebagainya mengenai muslim. Menarik sekali bagi
orang Jepang untuk mengetahui muslim lebih lanjut di luar Jepang.
T: Berapa biayanya?
K:
Kalau dari luar negeri masuk ke Jepang, untuk tur atau hometay saja
sekitar 6 hari kena biaya sedikitnya 140.000 yen atau Rp 16,1 juta (kurs
Rp 115 per yen) per orang belum termasuk tiket. Tetapi kalau dari
Jepang ke Malaysia paling mahal juga 100.000 yen (Rp 11,5 juta) per
orang karena biaya-biaya di Malaysia jauh lebih murah ketimbang di
Jepang.
T: Apakah akan dikembangkan lebih lanjut tur bagi kalangan muslim ini?
K:
Tentu saja karena saya anggap sangat menarik, bisa belajar banyak hal,
termasuk yang dilarang bagi muslim dan cara salat atau karakter lain
sebagai muslim bisa kita pelajari dan hal ini menarik bagi orang Jepang
tampaknya juga.
HOME
© Copyright 2010 www.apiel.xtgem.com Segala isi dan elemen dari website ini dilindungi oleh pemilik